Rabu, 30 September 2015

BHINEKA TUNGGAL IKA, MENYATUKAN KITA DALAM DAMAI?

SOLO, 20 SEPTEMBER 2015

Berawal dari sekelompok kecil pemuda yang ingin merayakan hari perdamaian yang biasa diperingati tiap 21 september. Tahun ini, mereka merayakannya lebih awal, Minggu (20/9). Mereka mempunyai inisiatif yang mengagumkan; mencari momen untuk mengampanyekan Hari Perdamaian Internasional yang tepat dimana banyak masyarakat atau kawula tertentu sedang berkumpul dan menikmati paginya dengan berjalan santai di Car Free Day, Kota Solo – Jawa tengah.

Siapa mereka yang mengampanyekan Hari perdamaian internasional itu? Mereka adalah Ahmadiyya Muslims Students Association (AMSA) dan Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC). Mereka mengampanyekan Hari Perdamaian Internasional dengan membuka stand buku yang bertemakan BOOK FOR PEACE, DAMAI DIMULAI DARI AKU DAN BUKUKU. Dan juga memberikan sebuah suvenir bagi mereka yang datang dan membaca buku di stand tersebut, mereka juga menyebarkan stiker perdamaian. 




Act For Peace? Kenapa aksi? Karena DAMAI tidak akan pernah tercapai hanya dengan KATA-KATA.

Beda keyakinan GA usah MUSUHAN, kenapa? YA. karena perbedaan, kita diuji. Seberapa TANGGUH kita menyikapi KEBERAGAMAN? Seberapa besar sifat Pengasih TUHAN yang kita miliki untuk sesama?

Kita? Ya, dimulai dari Aku, Kamu, dan Kita






Setelah beberapa saat stand Book for Peace berdiri dan stiker peace day disebarkan, masyarakat tertarik datang melihat dan membaca buku yang terpajang. Ada beberapa pengunjung stand yang berkomentar, bertanya, maupun memberikan kesannya. 

Di sela-sela melayani pengunjung dan membagikan stiker, terlihatlah Walikota Solo dengan pakaian olahraga yang tengah berhenti mengendarai sepeda. Terlintaslah di benak kawula muda yang tengah mengampanyekan perdamaian ini untuk meminta pendapat Walikota Solo tentang perdamaian.
Akhirnya mereka menghampiri Walikota solo tersebut, FX. Hadi Rudyatmo. Dengan sopan mereka menyapa,
“Selamat siang, Pak. Mohon maaf menggangu. Boleh kami meminta waktu Bapak sebentar?”
“Oh, iya boleh. Ada apa?” Ucap Walikota Solo tersebut.
Akhirnya mereka memperkenalkan diri. Mereka menyampaikan pesan perdamaian yang mereka kumandangkan hari ini. Kemudian mereka bertanya, “Kami kawula muda dari Ahmadiyya Muslims Students Association (AMSA) dan Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC)  yang mengampanyekan perdamaian di Hari Perdamaian Internasional. Kami ingin meminta pendapat. Bagaimana pendapat Bapak tentang PERDAMAIAN?

“Perdamaian itu adalah kemerdekaan bagi seluruh bangsa di DUNIA. Artinya, perdamaian itu perdamaian lahir dan batin. Jadi, arti dari perdamaian itu sendiri ada tiga hal yang bisa saya komentari. Satu adalah kebahagiaan yang harus dibagi. Yang kedua adalah hak yang harus diberikan, dan yang ketiga adalah tugas yang harus diselesaikan. Jadi, kemerdekaan itu sendiri mempunyai visi dan misi tersendiri yang sesuai dengan ‘Kemerdekaan Hak segala Bangsa’,” jawab Walikota yang akrab disapa Rudy ini.
“Kalau di Solo sendiri, hakikat perdamaian itu apakah sudah terealisasikan?“ lontaran pertanyaan selanjutnya.

“Di Solo kemerdekaan dan perdamaian dijadikan hal utama karena di Negara Republik Indonesia ini kan ada empat pedoman yang harus di pahami. Pancasila sebagai Dasar Negara dan Bangsa, Undang-Undang Dasar 1945,  NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan BHINEKA TUNGGAL IKA. Dengan adanya Bhineka Tunggal Ika itulah Perdamaian bisa tercapai di Indonesia karena berbagai suku, agama, golongan, bahasa, dan macam-macam adat istiadat tetap dalam SATU bahasa yaitu Indonesia tetap satu sebagai Pancasila. KITA BANGGA LO,  SEBAGAI BANGSA INDONESIA KARENA TIDAK ADA BANGSA SEPERTI BANGSA INDONESIA” papar dari sang Walikota Solo dengan sangat bersemangat.

Wawancara dengan Walikota Solo
Sesaat setelah selesai melakukan wawancara singkat tentang perdamaian, para pemuda ini berpikir. mereka para civitas yang menjunjung tinggi nilai perdamaian sangat butuh sosok pemimpin yang menjunjung kemerdekaan dan perdamaian. Mereka butuh sosok yang ingin berbagi pengetahuan tentang indahnya keberagaman dan paham akan toleransi untuk mencapai perdamaian yang hakiki dan mampu mengajarkan kepada generasi muda di masa ini dan masa yang akan mendatang.
Perdamaian bukan berarti sekadar kita tak terasingkan ataupun sekadar kita tidak terusik. Perdamaian, seperti yang dikatakan, mempunyai empat pedoman atau landasan dasar yang akan menuntun Bangsa Indonesia menjunjung tinnggi perdamaian. Semua itu bisa dicapai. Semua bisa di mulai dari diri kita lalu tularkan kepada adik-adik dan orang-orang di sekitar kita.
Salam perdamaian, dunia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar