BOOK FOR PEACE, DAMAI DIMULAI DARI AKU DAN BUKUKU
“Kalian banyak musuhnya, lho..”, komentar seorang wanita
berpakaian olahraga yang mengunjungi stand Book for Peace, Solo.
---
Waktu baru
menunjukkan pukul 7 pagi. Sekelompok pemuda-pemudi sudah sampai di area Car Free Day Jalan Slamet Riyadi, Solo. Mereka
sedang mencari tempat yang sesuai untuk membuka lapak kecil di sana.
Jalan raya yang
biasanya ramai dengan kendaraan kendaraan bermotor ini telah dipenuhi berbagai stand jajanan, komunitas, pedagang, dan
ratusan warga Solo. Area Car Free Day ini
hanya dibuka hingga pukul 10 pagi. Setelah mencari di tengah keramaian, akhirnya,
terpilih sepetak area kosong di bawah rimbunan pohon yang diapit komunitas pecinta
anjing dan area foto bersama dengan hewan buas yang telah dijinakan, ular.
Book for Peace
Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia belum tahu. Hari Perdamaian
Internasional yang jatuh pada 21 September rutin diperingati di beberapa daerah
di Indonesia. Salah satunya adalah yang diadakan Ahmadiyya
Muslims Students Association (AMSA) dan Young
Interfaith Peace Community (YIPC) di Solo kemarin, Minggu (20/9). Beberapa perwakilan AMSA DIY-JATENG 3 dan YIPC
di Solo mengadakan sebuah aksi mengampanyekan perdamaian di Kota Solo. Aksi
mereka sedikit berbeda dengan yang dilakukan di daerah lain. Selain membagikan sticker berisi pesan perdamaian yang
umum dilakukan, kali ini tema “Book for Peace” menjadi salah satu sarana
mengajak masyarakat untuk peduli pada perdamaian dunia, khususnya di Indonesia.
Tikar anyaman bambu digelar di atas aspal. Sebuah meja persegi panjang diletakkan
di bagian depan tikar. Dua buah banner
dirangkai dan didirikan di tikar bagian belakang. Buku-buku yang jarang dan
mungkin tidak ada di toko buku pada umumnya dijajarkan di meja dan tikar.
Berbagai jenis buku dan jurnal tentang filsafat, agama, sejarah, maupun
penelitian keberagaman di Indonesia tersebut merupakan beberapa koleksi dari
Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yogyakarta dan juga dari koleksi anggota YIPC.
Buku-buku belum
selesai ditata di meja. Seorang mahasiswa sudah menghampiri lapak kecil itu.
Sambil mengenakan earphone, pemuda
berjaket hitam ini mengambil sebuah buku dan mulai membaca. Ia bertanya pada
salah satu pemudi yang sedang menata buku.
“Ini dari komunitas apa ya?”, tanyanya.
”Kami dari berbagai
komunitas pemuda lintas iman peduli perdamaian dari beberapa universitas, Young Interfaith Peacemaker Community dan
juga Ahmadiyya Muslims Students Association.” Jawab seorang mahasiswi dari
YIPC.
“Oh ini semuanya
Ahmadiyah, ya?” gurau sang pemuda diikuti tawa ringan. Mahasiswi tersebut mengulum
senyum seraya tetap menjelaskan bahwa tidak semuanya Ahmadiyah. Ia pun
memperkenalkan para mahasiswa yang ada di situ dari berbagai jurusan,
universitas, dan komunitas.
Dari membuka diri hingga mengancam diri
Peringatan Hari Perdamaian
Internasional di Solo kemarin bukanlah yang pertama. Tahun sebelumnya, sudah
diadakan peringatan yang digagas oleh YIPC Solo dan diadakan terpusat di salah
satu kampus di sana. Konsep Book for Peace
ini sedikit banyak menarik perhatian para pengunjung kawasan Car Free Day Solo. Terbukti, tua-muda,
wanita-pria yang berlalu lalang berhenti dan menghampiri. Nampaknya mereka tergelitik
melihat banner putih bertuliskan “Book for Peace, damai dimulai dari aku
dan bukuku” dan mulai melihat buku-buku yang dipamerkan.
Sebagian besar
pengunjung hanya tertarik melihat koleksi buku. Membaca dan kemudiam diam, tak
banyak yang bertanya. Mungkin isu perbedaan yang sering dikedepankan beberapa
kelompok masyarakat membuat mereka takut berkomentar. Namun, hal tersebut tidak
berlaku bagi kebanyakan pengunjung mahasiswa.
Memang ada yang
bingung saat ditanya mengenai makna perdamaian atau harapan sebagai mahasiswa
terhadap perdamaian Indonesia. Namun, beberapa sangat tertarik terhadap isu
perpecahan dan perbedaan yang mengusik perdamaian.
Faris contohnya.
Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam di salah satu universitas di Solo ini
memiliki pandangannya sendiri. Menurutnya, diperlukan keberanian untuk saling membuka
diri agar bisa saling memahami dan kedamaian bisa tercipta. Ia tertarik
dan mengajukan diri untuk ikut serta
pada kegiatan serupa di lain waktu.
Ada pula seorang
mahasiswi yang mampir ke stand dan
merekam kegiatan tersebut. “Saya sedang tertarik melihat bentuk kepedulian anak
muda di area Car Free Day ini. Tadi
ada yang peduli budaya, lingkungan, dan sekarang perdamaian.” Ia nampak
tertarik dan meminta salah seorang anggota AMSA di sana untuk ia wawancarai khusus.
Mahasiswa lain
mengutarakan harapannya soal perdamaian. Dengan kegiatan ini (Book for Peace-red.), baginya, masyarakat Indonesia harus lebih pintar
dengan banyak membaca sehingga tidak mudah terseret arus provokasi yang bisa
mengusik perdamaian di Tanah Air tercinta ini. Lengkapnya aksi
damai hari itu semakin bertambah ketika AMSA dan YIPC berkesempatan mewawancarai Walikota Solo, FX. Hadi Rudyatmo
Sungguh kesempatan yang langka yang tak disia-siakan.
Salah seorang
pengunjung, wanita paruh baya dengan pakaian olahraganya menghampiri stand Book for Peace. Ia menanyakan
siapa yang membuat kegiatan ini dan apa tujuannya. Seorang mahasiswi dari AMSA
menjawab bahwa kegiatan ini diadakan sebagai bentuk kepedulian para pemuda dari
berbagai komunitas lintas iman untuk kembali membangun perdamaian di negeri
tercinta ini yang semakin hari semakin dikesampingkan karena kepentingan
sekelompok orang maupun golongan. Ia juga bertanya siapa yang menulis kumpulan
jurnal yang sedang ia pegang dan apakah buku-buku itu di jual. Memang hanya
sebagian buku yang dijual dan tujuan utama hanya untuk dibaca di tempat.
Tak disangka, wanita
tersebut menanggapi, “Kalian banyak musuhnya, lho..” sambil membolak-balik sebuah buku jurnal penelitian
keagamaan. Perkataan wanita tersebut nampak benar adanya. Ya, menegakkan
perdamaian mungkin akan mengancam diri. Namun, apakah itu akan membuat pejuang
perdamaian menyerah? Akankah perdamaian dapat dikalahkan oleh permusuhan dan
kebencian? Pemuda Indonesia harus menjawab hal itu. AMSA DIY – JATENG 3 dan
beberapa komunitas lain sudah memulainya, kamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar