Rabu, 30 September 2015

AMSA DIY-JATENG 3

BOOK FOR PEACE, DAMAI DIMULAI DARI AKU DAN BUKUKU

“Kalian banyak musuhnya, lho..”, komentar seorang wanita berpakaian olahraga yang mengunjungi stand Book for Peace, Solo.
---
Waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi. Sekelompok pemuda-pemudi sudah sampai di area Car Free Day Jalan Slamet Riyadi, Solo. Mereka sedang mencari tempat yang sesuai untuk membuka lapak kecil di sana.
Jalan raya yang biasanya ramai dengan kendaraan kendaraan bermotor ini telah dipenuhi berbagai stand jajanan, komunitas, pedagang, dan ratusan warga Solo. Area Car Free Day ini hanya dibuka hingga pukul 10 pagi. Setelah mencari di tengah keramaian, akhirnya, terpilih sepetak area kosong di bawah rimbunan pohon yang diapit komunitas pecinta anjing dan area foto bersama dengan hewan buas yang telah dijinakan, ular.

Book for Peace

Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia belum tahu. Hari Perdamaian Internasional yang jatuh pada 21 September rutin diperingati di beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya adalah yang diadakan  Ahmadiyya Muslims Students Association (AMSA) dan Young Interfaith Peace Community (YIPC) di Solo kemarin, Minggu (20/9).  Beberapa perwakilan AMSA DIY-JATENG 3 dan YIPC di Solo mengadakan sebuah aksi mengampanyekan perdamaian di Kota Solo. Aksi mereka sedikit berbeda dengan yang dilakukan di daerah lain. Selain membagikan sticker berisi pesan perdamaian yang umum dilakukan, kali ini tema “Book for Peace” menjadi salah satu sarana mengajak masyarakat untuk peduli pada perdamaian dunia, khususnya di Indonesia.

Tikar anyaman bambu digelar di atas aspal. Sebuah meja persegi panjang diletakkan di bagian depan tikar. Dua buah banner dirangkai dan didirikan di tikar bagian belakang. Buku-buku yang jarang dan mungkin tidak ada di toko buku pada umumnya dijajarkan di meja dan tikar. Berbagai jenis buku dan jurnal tentang filsafat, agama, sejarah, maupun penelitian keberagaman di Indonesia tersebut merupakan beberapa koleksi dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yogyakarta dan juga dari koleksi anggota YIPC.
Buku-buku belum selesai ditata di meja. Seorang mahasiswa sudah menghampiri lapak kecil itu. Sambil mengenakan earphone, pemuda berjaket hitam ini mengambil sebuah buku dan mulai membaca. Ia bertanya pada salah satu pemudi yang sedang menata buku.
 “Ini dari komunitas apa ya?”, tanyanya.
”Kami dari berbagai komunitas pemuda lintas iman peduli perdamaian dari beberapa universitas, Young Interfaith Peacemaker Community dan juga Ahmadiyya Muslims Students Association.” Jawab seorang mahasiswi dari YIPC.
“Oh ini semuanya Ahmadiyah, ya?” gurau sang pemuda diikuti tawa ringan. Mahasiswi tersebut mengulum senyum seraya tetap menjelaskan bahwa tidak semuanya Ahmadiyah. Ia pun memperkenalkan para mahasiswa yang ada di situ dari berbagai jurusan, universitas, dan komunitas.

Dari membuka diri hingga mengancam diri


Peringatan Hari Perdamaian Internasional di Solo kemarin bukanlah yang pertama. Tahun sebelumnya, sudah diadakan peringatan yang digagas oleh YIPC Solo dan diadakan terpusat di salah satu kampus di sana. Konsep Book for Peace ini sedikit banyak menarik perhatian para pengunjung kawasan Car Free Day Solo. Terbukti, tua-muda, wanita-pria yang berlalu lalang berhenti dan menghampiri. Nampaknya mereka tergelitik melihat banner putih bertuliskan “Book for Peace, damai dimulai dari aku dan bukuku” dan mulai melihat buku-buku yang dipamerkan.
Sebagian besar pengunjung hanya tertarik melihat koleksi buku. Membaca dan kemudiam diam, tak banyak yang bertanya. Mungkin isu perbedaan yang sering dikedepankan beberapa kelompok masyarakat membuat mereka takut berkomentar. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi kebanyakan pengunjung mahasiswa.

Memang ada yang bingung saat ditanya mengenai makna perdamaian atau harapan sebagai mahasiswa terhadap perdamaian Indonesia. Namun, beberapa sangat tertarik terhadap isu perpecahan dan perbedaan yang mengusik perdamaian.
Faris contohnya. Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam di salah satu universitas di Solo ini memiliki pandangannya sendiri. Menurutnya, diperlukan keberanian untuk saling membuka diri agar bisa saling memahami dan kedamaian bisa tercipta. Ia tertarik dan  mengajukan diri untuk ikut serta pada kegiatan serupa di lain waktu.

Ada pula seorang mahasiswi yang mampir ke stand dan merekam kegiatan tersebut. “Saya sedang tertarik melihat bentuk kepedulian anak muda di area Car Free Day ini. Tadi ada yang peduli budaya, lingkungan, dan sekarang perdamaian.” Ia nampak tertarik dan meminta salah seorang anggota AMSA di sana untuk ia wawancarai khusus.

Mahasiswa lain mengutarakan harapannya soal perdamaian. Dengan kegiatan ini (Book for Peace-red.),  baginya, masyarakat Indonesia harus lebih pintar dengan banyak membaca sehingga tidak mudah terseret arus provokasi yang bisa mengusik perdamaian di Tanah Air tercinta ini.  Lengkapnya aksi damai hari itu semakin bertambah ketika AMSA dan YIPC berkesempatan  mewawancarai Walikota Solo, FX. Hadi Rudyatmo Sungguh kesempatan yang langka yang tak disia-siakan. 

Salah seorang pengunjung, wanita paruh baya dengan pakaian olahraganya menghampiri stand Book for Peace. Ia menanyakan siapa yang membuat kegiatan ini dan apa tujuannya. Seorang mahasiswi dari AMSA menjawab bahwa kegiatan ini diadakan sebagai bentuk kepedulian para pemuda dari berbagai komunitas lintas iman untuk kembali membangun perdamaian di negeri tercinta ini yang semakin hari semakin dikesampingkan karena kepentingan sekelompok orang maupun golongan. Ia juga bertanya siapa yang menulis kumpulan jurnal yang sedang ia pegang dan apakah buku-buku itu di jual. Memang hanya sebagian buku yang dijual dan tujuan utama hanya untuk dibaca di tempat.
Tak disangka, wanita tersebut menanggapi, “Kalian banyak musuhnya, lho..” sambil membolak-balik sebuah buku jurnal penelitian keagamaan. Perkataan wanita tersebut nampak benar adanya. Ya, menegakkan perdamaian mungkin akan mengancam diri. Namun, apakah itu akan membuat pejuang perdamaian menyerah? Akankah perdamaian dapat dikalahkan oleh permusuhan dan kebencian? Pemuda Indonesia harus menjawab hal itu. AMSA DIY – JATENG 3 dan beberapa komunitas lain sudah memulainya, kamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar