SOLO, 20 SEPTEMBER 2015
Berawal dari
sekelompok kecil pemuda yang ingin merayakan hari perdamaian yang biasa
diperingati tiap 21 september. Tahun ini, mereka merayakannya lebih awal, Minggu
(20/9). Mereka mempunyai inisiatif yang mengagumkan; mencari momen untuk mengampanyekan
Hari Perdamaian Internasional yang tepat dimana banyak masyarakat atau kawula
tertentu sedang berkumpul dan menikmati paginya dengan berjalan santai di Car Free Day, Kota Solo – Jawa tengah.
Siapa mereka yang mengampanyekan Hari perdamaian
internasional itu? Mereka adalah Ahmadiyya
Muslims Students Association (AMSA) dan Young
Interfaith Peacemaker Community (YIPC). Mereka mengampanyekan Hari
Perdamaian Internasional dengan membuka stand
buku yang bertemakan BOOK FOR PEACE, DAMAI DIMULAI DARI AKU
DAN BUKUKU. Dan juga memberikan
sebuah suvenir bagi mereka yang datang dan membaca buku di stand tersebut, mereka juga menyebarkan stiker perdamaian.
Beda keyakinan GA usah MUSUHAN,
kenapa? YA. karena perbedaan, kita diuji. Seberapa TANGGUH
kita menyikapi KEBERAGAMAN? Seberapa besar sifat Pengasih TUHAN yang kita
miliki untuk sesama?
Kita? Ya, dimulai dari Aku, Kamu, dan Kita
Setelah
beberapa saat stand Book for Peace berdiri
dan stiker peace day disebarkan,
masyarakat tertarik datang melihat dan membaca buku yang terpajang. Ada
beberapa pengunjung stand yang
berkomentar, bertanya, maupun memberikan kesannya.
Di sela-sela melayani pengunjung dan
membagikan stiker, terlihatlah Walikota Solo dengan pakaian olahraga yang
tengah berhenti mengendarai sepeda. Terlintaslah di benak kawula muda yang
tengah mengampanyekan perdamaian ini untuk meminta pendapat Walikota Solo
tentang perdamaian.
Akhirnya mereka menghampiri Walikota
solo tersebut, FX. Hadi Rudyatmo. Dengan sopan mereka menyapa,
“Selamat siang, Pak. Mohon maaf
menggangu. Boleh kami meminta waktu Bapak sebentar?”
“Oh, iya boleh. Ada apa?” Ucap
Walikota Solo tersebut.
Akhirnya mereka memperkenalkan diri.
Mereka menyampaikan pesan perdamaian yang mereka kumandangkan hari ini.
Kemudian mereka bertanya, “Kami kawula muda dari Ahmadiyya Muslims Students
Association (AMSA) dan Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC)
yang mengampanyekan perdamaian di Hari Perdamaian Internasional. Kami
ingin meminta pendapat. Bagaimana pendapat Bapak tentang PERDAMAIAN?
“Perdamaian itu adalah kemerdekaan
bagi seluruh bangsa di DUNIA. Artinya, perdamaian itu perdamaian lahir dan
batin. Jadi, arti dari perdamaian itu sendiri ada tiga hal yang bisa saya
komentari. Satu adalah kebahagiaan yang harus dibagi. Yang kedua adalah hak
yang harus diberikan, dan yang ketiga adalah tugas yang harus diselesaikan.
Jadi, kemerdekaan itu sendiri mempunyai visi dan misi tersendiri yang sesuai
dengan ‘Kemerdekaan Hak segala Bangsa’,” jawab Walikota yang akrab disapa Rudy
ini.
“Kalau di Solo sendiri, hakikat
perdamaian itu apakah sudah terealisasikan?“ lontaran pertanyaan selanjutnya.
“Di Solo kemerdekaan dan perdamaian
dijadikan hal utama karena di Negara Republik Indonesia ini kan ada empat pedoman yang harus di
pahami. Pancasila sebagai Dasar Negara dan Bangsa, Undang-Undang Dasar
1945, NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia), dan BHINEKA TUNGGAL IKA. Dengan adanya Bhineka Tunggal Ika itulah Perdamaian
bisa tercapai di Indonesia karena berbagai suku, agama, golongan, bahasa, dan
macam-macam adat istiadat tetap dalam SATU bahasa yaitu Indonesia tetap satu
sebagai Pancasila. KITA BANGGA LO, SEBAGAI BANGSA INDONESIA KARENA TIDAK ADA
BANGSA SEPERTI BANGSA INDONESIA” papar dari sang Walikota Solo dengan sangat bersemangat.
Wawancara dengan Walikota Solo
Sesaat setelah selesai melakukan
wawancara singkat tentang perdamaian, para pemuda ini berpikir. mereka para
civitas yang menjunjung tinggi nilai perdamaian sangat butuh sosok pemimpin
yang menjunjung kemerdekaan dan perdamaian. Mereka butuh sosok yang ingin
berbagi pengetahuan tentang indahnya keberagaman dan paham akan toleransi untuk
mencapai perdamaian yang hakiki dan mampu mengajarkan kepada generasi muda di
masa ini dan masa yang akan mendatang.
Perdamaian bukan berarti sekadar kita
tak terasingkan ataupun sekadar kita tidak terusik. Perdamaian, seperti yang
dikatakan, mempunyai empat pedoman atau landasan dasar yang akan menuntun Bangsa
Indonesia menjunjung tinnggi perdamaian. Semua itu bisa dicapai. Semua bisa di
mulai dari diri kita lalu tularkan kepada adik-adik dan orang-orang di sekitar kita.
Salam perdamaian, dunia!